<<< Back to Home

Fachrul Luthfi, si Peracik Obat yang Temukan Formula Penyembuh DBD

Ada Tanda-Tanda Sembuh setelah Dua Jam

Sebuah formula obat yang diyakini manjur untuk menyembuhkan penyakit demam berdarah dengue (DBD) ditemukan Fachrul Luthfi, 40, asal Pontianak. Temuannya langsung direspons Kimia Farma. Perusahaan farmasi ini akan segera meneliti dan menguji obat itu.

ACHMAD FACHROZI, Jakarta

---

KEMARIN (12/3) Luthfi bersama beberapa temannya diundang ke kantor Kimia Farma (KF) di Jl Veteran, Jakarta. Setelah bertemu langsung dengan pimpinan KF, obat temuan Luthfi direspons dengan sangat baik.

"Obat temuan saya akan segera diteliti dan diuji tentang bahan dan khasiatnya. Semua biaya akan ditanggung sepenuhnya oleh Kimia Farma," kata Luthfi saat ditemui di Jakarta setelah bertemu dengan jajaran pimpinan KF.

Penelitian dan pengujian yang dilakukan KF, lanjut Luthfi, memakan waktu tiga hingga enam bulan. Hasilnya akan diketahui setelah waktu pengujian itu. "Jadi, kami memohon doa dan dukungan dari masyarakat Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), agar temuan ini lolos dalam penelitian lanjutan itu," jelas pria kelahiran 28 Mei 1970 itu.

Obat temuan Luthfi berfungsi sebagai antivirus DBD yang diberi nama Formav-D. "Formula ini saya temukan secara tidak sengaja," kata alumnus sekolah asisten apoteker tersebut.

Khasiat dari obat itu adalah hanya satu hingga dua jam setelah diminum, penderita DBD langsung menunjukkan tanda-tanda sembuh.

Pria yang pernah bekerja di beberapa perusahaan farmasi asing tersebut mengungkapkan, obat temuannya dibuat dari beberapa jenis herba obat tradisional yang dijual bebas di pasaran. "Ada satu bahannya yang impor. Tetapi, harganya murah," ujarnya.

Luthfi lantas menceritakan awal dirinya menemukan obat tersebut. Saat itu, dia sudah tidak lagi bekerja di perusahaan farmasi. Meski begitu, Luthfi tetap menekuni hobinya meracik obat. Baik obat lokal maupun impor.

Kemampuan Luthfi meracik obat itu sering dimanfaatkan saudara-saudaranya untuk mengobati kerabat yang sedang sakit. Yang paling sering adalah menyembuhkan demam.

Suatu ketika pada 2006, seorang kerabat dekat kembali meminta pertolongan Luthfi untuk mengobati anak yang terserang DBD. Saat itu, Luthfi sudah menemukan formula Formav-D.

"Tetapi, waktu itu saya tidak begitu yakin pada obat temuan saya. Tetapi, saudara saya memaksa untuk dicoba," tuturnya. Ternyata, setelah obat dikonsumsi, demamnya langsung turun. Padahal, saat itu obat hanya diberikan sekali. Keesokan harinya, setelah dilakukan tes laboratorium oleh dokter, pasien tersebut dinyatakan negatif dari infeksi virus dengue.

Pada 2009, Lutfi menuturkan penemuan itu kepada rekannya, Ali Riza Haddad, yang juga pernah bekerja di perusahaan farmasi. Ali memberikan saran agar Luthfi mengemas obat temuannya dalam bentuk kapsul dengan memperhatikan takaran dosisnya.

Ketika pasien DBD membeludak di Kota Pontianak, Luthfi melakukan uji khasiat terhadap pasien yang positif DBD, terutama dari kalangan kerabat atau teman dekat. Hasilnya, kata Luthfi, ternyata mujarab. "Bahan-bahan obat ini adalah herba tradisional. Jadi, tidak ada efek samping bagi pengguna," ujarnya. Sampai sekarang, sudah puluhan orang yang merasakan khasiat obat racikan Luthfi itu.

Khasiat obat tersebut juga sudah dibuktikan seorang dokter yang bertugas di salah satu puskesmas dan klinik di Kota Pontianak, yakni dr Herni. Herni yang saat itu terserang DBD juga mengonsumsi obat temuan Luthfi. Hasilnya, dia sembuh dengan cepat. "Dokter Herni saat itu yakin bahwa obat temuan saya ini merupakan antivirus DBD," katanya.

Herni kemudian berinisiatif (atas izin pasien dan keluarganya) untuk memberikan obat Formav-D kepada pasien-pasien DBD yang ditanganinya di salah satu klinik di Kota Pontianak. "Hasilnya, semua pasien sembuh," cerita Luthfi.

Luthfi mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat dan pihak yang telah memberikan dukungan hingga obat temuannya bisa mendapatkan tanggapan dari pihak Kimia Farma. "Kami tidak bisa menyebutkan satu per satu pihak yang telah membantu selama ini," kata suami Ratna Sari tersebut.

Saat ditanya mengenai rencananya jika memang obat tersebut mendapatkan izin untuk disebarluaskan, dia berencana membangun sebuah rumah sakit di Kabupaten Kubu Raya, Kalbar. Dia juga berharap agar temuannya dapat membantu Kalbar. Sebab, provinsi itu merupakan salah satu daerah yang endemik DBD.

"Itulah impian saya, membangun sebuah rumah sakit," ujar warga yang tinggal di Kompleks Serasan Permai, Jalan Tanjung Raya II, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar tersebut.

E-Mail : norman_himura@yahoo.com # Best view at 1024 * 768 Resolution with Mozilla Firefox 3.6 or higher
Free Web Hosting